Hari Terakhir di Petungkriyono: Catatan Harian Pelatihan Riset Capung Bersama Indonesia Dragonfly Society (IDS)

Sabtu-Minggu, 27-28 November 2021

Mencari capung di Telaga Sigebiyar (Foto oleh panitia)

Hari ini kami melakukan sampling capung lagi, di lokasi yang berbeda dengan kemarin, secara ketinggian. Kelompokku mendapatkan jatah VIP, yaitu lokasi di Telaga Mangunan, dengan ketinggian sekitar 1600an mdpl. Fyi, BLK tempat kami menginap ada di ketinggian 600 mdpl. Sementara itu, dua kelompok yang lainnya mendapatkan jatah ke lokasi yang lebih rendah dari BLK, yaitu menyusur hutan dan sungai.

Dengan mengendarai mobil panther merah yang lagi-lagi dibawa oleh Mas Arif, kami tiba di Telaga Mangunan (tertulis Telaga Sigebiyar) sekitar pukul delapan. Kami diberi waktu sarapan dengan nasi bungkus yang telah dibekalkan, kemudian melakukan pengamatan selama satu setengah jam. Pukul 10, kami akan berpindah tempat ke rawa-rawa yang sebelumnya sudah kami lewati.


Ischnura aurora

Kami melihat banyak sekali capung jarum. Dalam beberapa langkah saja, sudah lima capung kami temui. Namun tidak semuanya kami ambil, karena sepertinya mereka memiliki kesamaan jenis. Setengah perjalanan, kami baru menemukan capung sejati (Anisoptera) yang terbang demikian cepat seperti pesawat tempur. Beruntung, Roni dan Jajo sigap sekali menceburkan kaki mereka ke rawa-rawa sehingga kami mendapatkan specimen tersebut. Aku berdoa-doa supaya mendapatkan naiad disini –karena sebelumnya aku belum pernah melihat wujud aslinya.

Selang beberapa menit, aku menunduk ke rerumputan bawah untuk melihat-lihat serangga yang kebetulan hinggap disana. Sampai mataku menatap serangga yang kukira kepik coklat, namun ternyata adalah naiad dengan bentuk yang sama sekali berbeda dengan yang kami temukan sebelumnya.

Eksuvia (kemungkinan) dari Famili Corduliidae

Eksuvia (kemungkinan) dari Famili Aeshnidae

Entah beruntung atau tidak, tapi usai pengamatan di telaga, hujan turun sangat deras sehingga pengamatan di rawa kami urungkan. Kami lantas bergegas mengidentifikasi capung-capung yang kami temukan –keseluruhan hanya 3 spesies saja, namun yang menarik adalah kami menemukan 2 naiad, dan 1 capung majemuk yang cacat. Kata Mas Agal, metamorfosisnya tidak sempurna sehingga sayapnya menekuk dan tidak bisa terbang. Hal itu mungkin disebabkan oleh adanya parasit atau jamur yang menyerang capung sebelum dewasa.

Metamorfosis tidak sempurna Procordulia artemis 

Materi: Fotografi Capung

Materi ini disampaikan dengan apik oleh Pak Sigit, founder IDS yang sangat passionate dengan capung sejak tahun 2009. Memang ada kekhawatiran –seperti yang kutanyakan, tentang bagaimana membedakan foto ilmiah dengan foto manipulatif. Btw, aku baru menyadari bahwa foto-foto manipulatif itu cukup berbahaya jika kita tidak tahu tingkah laku serangga sebenarnya. Beberapa tips untuk memotret capung juga disampaikan agar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dan memudahkan proses identifikasi.

Pak Sigit, founder IDS

Materi: Identifikasi Capung Lanjutan

Materi ini kembali disampaikan oleh mas Apen, tentang bagaimana upaya para peneliti capung untuk memberikan nama-nama lokal pada capung yang ditemui. Aku tidak pernah kepikiran sebelumnya, tapi menarik juga. Seperti misalnya spesies capung Ictinogomphus acutus diberi usulan nama lokal “Gadatombak gelambir-lebar” dan sebagainya.

Materi: Penelitian dan Literasi Capung

Seharusnya, aku mendapatkan materi seperti ini sebelum memulai penelitian S1! Ya kan? Mbak Amel benar sekali, bahwa riset harus dimulai dengan cara “meriset tren riset” dari jurnal-jurnal terkait. Hal ini perlu sekali dilakukan, tentu saja agar tema riset yang kita usung ada nilai kebaruannya, juga lebih mudah dipublikasi ._. ya kan.

Materi: Sharing Hasil

Oke, sampailah kita pada sharing hasil pengamatan selama 2 hari ini. Ada beberapa aspek yang harus dipresentasikan yaitu deskripsi morfologi, kaitan capung dengan habitat yang diamati, dan 'key species' --tapi Mbak Amel lebih suka menyebutnya sebagai 'flag species' pada masing-masing habitat. Dari keseluruhan capung yang telah ditemukan, salah satu capung yang paling menarik adalah Drepanostica sundana yang tidak ditemui di tempat lain. 

Kelompok terbaik yeyeye :)

Hadiah dari panitia (plus Ndoro pisang-nya Mas Adin yang keburu habis sebelum kefoto)

Arina Damayanti

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment