Petungkriyono: Catatan Harian Pelatihan Riset Capung Bersama Indonesia Dragonfly Society (IDS) Hari 1

Kamis, 25 November 2021


Kereta Joglosemar yang membawa kami bertiga dari Yogyakarta, tiba di Stasiun Pekalongan pukul 13.00 WIB tepat. Ternyata, beberapa rombongan dari kota lain sudah lebih dulu tiba dan berkerumun di dekat pintu keluar stasiun. Aku berangkat dengan Waryati –yang ternyata adalah ketua kelompok studi Odonata UNY, dan Dedi Irawan –yang nekat terbang jauh dari Medan, Sumatera Utara untuk mengikuti acara ini.

Tidak sampai setengah jam, panitia yang bertugas menjemput telah siaga di bagian parkiran. Kami dijemput dengan 2 mobil, salah satunya yang kunaiki adalah mobil panther merah dengan stiker gambar capung di belakangnya. Kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Doro untuk menemui rombongan yang lainnya sekaligus loading barang ke pick up. Jaraknya lumayan jauh, yaitu sekitar dua jam perjalanan dari Stasiun Pekalongan.

Usai solat Ashar, kami melanjutkan perjalanan kembali ke desa Tlogopakis, Petungkriyono. Ini adalah lokasi dimana kami akan melakukan banyak kegiatan mengenai riset capung. Mas Arif –seorang panitia yang mengantar kami, mengatakan bahwa perjalanan akan memakan waktu 2 jam dengan medan yang menantang. Sepanjang perjalanan, kami terpukau dengan pemandangan di kanan kiri jalan: hutan dengan strata yang bertingkat-tingkat, curug dan parit-parit kecil, kebun karet, hutan pinus, juga tumbuhan pakis yang besar-besar, seolah-olah sedang mengantarkan kami ke bumi antah-berantah. Tidak ada transportasi umum kecuali duplak –mobil pick up yang memuat banyak orang sekaligus ke desa-desa.


Basecamp Rimba Rumah Bersama 2021

Benar saja, kami baru tiba di basecamp beberapa menit saja sebelum adzan maghrib berkumandang. Basecamp kami adalah sebuah gedung BLK (Balai Latihan Kerja), yang cukup berjarak dari rumah-rumah penduduk yang padat, mungkin sekitar 1 km jauhnya. Kami dipersilakan untuk beristirahat sejenak sebelum nanti malam akan dilaksanakan materi yang pertama, yaitu mengenai identifikasi capung bagian 1.


Materi 1: Identifikasi Capung Bagian Satu

“Iya jadi kalau yang jantan tuh ada second genitalnya, jadi di bagian sini menonjol.”

“Ini kan ngga ada epiprocknya, jadi jantan apa betina?”

“Kalau yang Heliogomphus ini jantan apa betina?”

Materi identifikasi capung oleh Mas Apen

Sementara sebagian teman-teman di ruangan riuh menjawab pertanyaan Mas Apen –pemateri, dan mengangguk-angguk paham dengan materi yang disampaikan, malam itu adalah pertama kalinya aku mendengar istilah seperti epiprock, anal appendages, cerci, ocelli, pterostigma, dan sebagainya. Selama ini bagian tubuh serangga pun aku hanya tahu caput, thorax, dan abdomen. Saat itu juga aku tidak yakin akan bisa mengikuti acara ini dengan baik, tapi aku ingat lagi kedatanganku kesini adalah untuk belajar, jadi sedikit-sedikit aku bertanya kepada teman-teman –khususnya teman-teman kelompok satu untuk menjelaskan hal-hal terkait percapungan yang mungkin masih sederhana.

By the way, tadi Mba Raissa mengumumkan bahwa esaiku menjadi esai terbaik menurut panitia. Bisa menulis esai tentang capung bukan berarti aku paham capung. Aku justru semakin tidak percaya diri karena itu. Tapi toh besok, kami akan melakukan eksplorasi dan sampling capung untuk identifikasi sederhana. Sehingga kupikir mungkin aku akan bisa lebih paham tentang materi malam ini. 

Arina Damayanti

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment